Berada di dekat kawan-kawan saya perokok ini.
Saya serasa berdampingan dengan rombongan serdadu berani mati.
Veteran dua Perang Dunia, Perang Vietnam, Perang Revolusi
Dan Perang Melawan Diri Sendiri.
Perhatikanlah upacara mereka menyalakan belerang berapi.
Dengan khimadnya batang tembakau dihunus dan ditaruh antara dua jari.
Dengan hormatnya Tuhan Sembilan Senti.
Disisipkan antara dua bibir, digeser agak ke tepi.
Sementara itu sudah siap An Naar, nyala api sebagai sesaji.
Hirupan pertama dilaksanakan penuh kasih sayang dan hati-hati.
Kemudian dihembuskan asapnya, ke kanan atau ke kiri.
Mata pun terpicing-picing tampak nikmat sekali.
Berlindung pada adiksi dari tekanan hidup sehari-hari.
Lena kerja, lupa politik, mana ingat anak dan isteri.
Para perokok adalah serdadu-serdadu gagah berani.
Untuk kenikmatan 5 menit mereka tidak peduli 25 macam penyakit
yang dengan gembira menanti-menanti.
Saat untuk menerkam dari setiap penjuru dan sisi.
Paru-paru obstruksi kronik bronkhitis kronik dan emfisema.
Gangguan jantung pembulu darah arteriosklerosis hipertensi dan gangguan pembuluh
darah otak. Kanker rongga mulut, nasopharynx, oropharynx, hypopharynx dan
rongga hidung. Lalu sinus paranasal, larynx, esophagus dan lambung. Radang pankreas,
hati, ginjal, ureter dan kandung kemih. Radang cervix uteri dan sumsum tulang, infertilitas
dan impotensi. Daftar ini belum disusun secara alfabetis, dan sebenarnya (ini rahasia profesi medis)
penyakit yang 25 ini cuma nama samaran julukan pura-pura saja.
Nama aslinya penyakit rokok.
Rokok, abang kandung narkoba ini tak tertandingi dalam soal adiksi.
4000 macam racun didapatkan sepanjang sembilan senti. Untuk orgamus nikotin 5
menit itu serdadu tembakau ini mana peduli terhadap hari depan anak-anak
yang masih memerlukan pencarian rezeki.
Terhadap bagaimana telantarnya kelak janda yang dulu namanya isteri.
Atau nasib duda yang dulu namanya suami.
Terhadap pengotoran udara depan belakang, kanan dan kiri.
Dalam memuaskan ego, dengan sengaja mendestruksi diri pribadi.
Betapa beratnya memenangkan Perang Melawan Diri Sendiri.
Source