Bila kita telaah, sebagian komoditas-komoditas tersebut di beli oleh perusahaan-perusahaan luar negeri sebagai bahan baku untuk industri yang sebagian besar dilempar kembali ke pasar internasional termasuk Indonesia. Kita bisa bayangkan bila hal tersebut kita lakukan sendiri tanpa harus mengekspor keseluruhannya ke luar negeri dengan memproduksi sendiri menjadi bahan jadi atau setengah jadi dan melemparkan produk tersebut ke pasar lokal maupun internasional dengan merek dagang tersendiri yang secara otomatis dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar dan juga memiliki nilai tambah tersendiri, tetapi hal itu belum dapat kita lakukan secara optimal karena keterbatasan teknologi yang kita miliki saat ini serta persaingan yang semakin ketat.
Era globalisasi berdampak terhadap perubahan bagi semua negara di dunia dalam perdagangan internasional. Dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi menjadikan persaingan perdagangan antar negara semakin sengit, tidak tekecuali di bidang pertanian & perikanan (agribisnis). Semua perusahaan berlomba-lomba mencari peluang pasar internasional dengan mendapatkan dukungan dari pemerintah negaranya masing-masing. Negara-negara besar seperti yang terdapat di benua Eropa, Amerika, Australia, Afrika dan Asia lebih memperkuat infrastrukturnya sebagai faktor penunjang dalam memenangkan pangsa pasar internasional, dengan membangun pabrik-pabrik yang menghasilkan barang jadi yang kemudian dilempar ke pasar luar atau dengan kata lain merubah bahan baku (raw material) menjadi bahan siap pakai atau saji dengan merek dagang mereka. Hal ini merupakan kesempatan bagi negara Indonesia dengan kekayaan alam yang berlimpah sebagai sumber bahan baku bagi negara-negara industri atau negara yang sudah maju, disamping dipasarkan pula ke negara-negara berkembang lainnya. Jadi jngan takut bersaing dengan negara lain karena faktor keterbatasan teknologi, negara lain bisa kenapa di indonesia tidak…?
Pangsa Pasar Agrobisnis
Pangsa pasar dari sayur – sayuran dan buah – buahan adalah negara-negara yang tidak memilik lahan pertanian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya seperti Singapura, Jepang, dan Hongkong. Pasar ini cukup menjanjikan bagi para negara pemasok yang berada di sekitarnya.
Hongkong merupakan negara kota yang berpenduduk padat. Luas lahan pertanian di Hongkong hanya 7 % dari luas total, sehingga 75 % kebutuhan sayuran dan buah harus diimpor. Berdasarkan data Hongkong Export and Import. Jenis sayuran yang diimpor adalah kentang, tomat, kol, brokoli, selada, wartel, ketimun, jamur, asparagin dan bayam. Indonesia berpeluang untuk mengisi pasar sayuran untuk jenis tomat, kubis, dan wortel. Pemasok sayuran ke Hongkong terbesar adalah Cina karena merupakan negara yang sangat berdekatan dengan Hongkong dan memiliki tenaga kerja pertanian yang murah. Tetapi dalam hal ini tidak semua jenis bahan-bahan pertanian yang diperlukan oleh Hongkong dipasok dari Cina tetapi beberapa negara lainnya seperti Amerika Serikat, Thailand, Australia dan Jepang juga memasok kebutuhan sayur-sayuran dan buah-buahan Hongkong. Untuk pasar agrobisnis di Jepang, pemerintah telah mengumumkan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Indonesia dan Jepang atau dikenal dengan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) pada 28 November lalu.
Tuh kan… udah ada prospek yg menjanjikan, lalu kenapa petani Indonesia tidak ada yang menggunakan dengan baik kesempatan ini?apa karena malas, takut, tidak percaya diri atau bahkan tidak punya cukup lahan untuk bertanam?
Jangan khawatir… kita udah punya metode alternatif yg cukup efisien kok, mau tau ?
Solusi metode Alternatif pembudidayaan tanaman
Kultur jaringan
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1) Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
2) Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
3) Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
4) Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
5) Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
6) Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.
Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur jaringan yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih cepat. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat maka lahan-lahan yang kosong dapat c
KEUNTUNGAN PEMANFAATAN KULTUR JARINGAN
• Pengadaan bibit tidak tergantung musim
Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000
planlet/bibit)
• Bibit yang dihasilkan seragam
• Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
• Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah dll
HIDROPONIK
(MEDIA DAN JENIS TANAMAN)
Tipe Media Tanam
Padat maupun cair
Bahan organik maupun anorganik
Jenis Hidroponik Berdasar Pada Media
Kultur Air : Hidroponik Terapung dan Nutrient Film Technic (NFT)
Kultur Pasir : Pasir perlit dan pasir butiran
Kultur Kerikil : Kerikil, Batu apung, Batu karang, Batu bata, dan lain-lain.
Vermikulaponik :Serbuk gergaji, Tanah gambut dan Arang sekam.
Rockwool Culture.
Aeroponik
MACAM-MACAM MEDIA HIDROPONIK
Organik Media
Contoh: arang sekam, serbuk gergaji, sabut kelapa, akar pakis, vermikulit, gambut dll
Kelebihan Organik Media
Kemampuan menyimpan air dan nutrisi tinggi
Baik bagi perkembangan mikroorganisme bermanfaat (mikroriza dll)
Aerasi optimal (porus)
Kemampuan menyangga pH tinggi
Sangat cocok bagi perkembangan perakaran
Digunakan pada tipe irigasi drip
Lebih ringan
Kekurangan Organik Media
Kelembaban media cukup tinggi, rentan serangan jamur, bakteri, maupun virus penyebab penyakit tanaman
Sterilitas media sulit dijamin
Tidak permanen, hanya dapat digunakan beberapa kali saja, secara rutin harus diganti
Non-Organik Media
Contoh : perlit, rockwool, clay granular, sand, gravel, batu apung, batu bata, batu karang, dll
Kelebihan Non-Organik Media
Permanen, dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama
Porus, aerasi optimal
Cepat mengatuskan air, media tidak terlalu lembab
Sterilitasnya lebih terjamin
Jarang digunakan sebagai inang bagi jamur, bakteri, dan virus
Kekurangan Non-Organik Media
Bukan media yang baik bagi perkembangan organisme bermanfaat seperti Mikoriza
Media lebih berat, karena umumnya berupa batuan
Terlalu cepat mengatuskan air, nutrisi yang diberikan sering terlindi
Kurang baik bagi perkembangan sistem perakaran
Jenis Tanaman Hidroponik
Tipe Tanaman
• Golongan tanaman hortikultura
• Meliputi : tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, pertamanan, dan tanaman obat-obatan
• Pada hakekatnya berlaku untuk semua jenis tanaman baik tahunan, biennial, maupun annual
• Pada umumnya merupakan tanaman annual (semusim)
Jenis Tanaman
Sayuran : selada, sawi, pakchoi, tomat, wortel, asparagus, brokoli, cabai, seledri, bawang merah, bawang putih, bawang daun, terong dll
Buah : melon, tomat, mentimun, semangka, strawberi, paprika dll
Tanaman hias : krisan, gerberra, anggrek, kaladium, kaktus dll
Produksi Sayuran dan Buah
Penggunaan lahan lebih efisien.
Hasil sayuran dan hasil buah memiliki kualitas tinggi.
Tidak tercemar pestisida, limbah dan kotoran.
Tersedia segar saat diperlukan
Kendala pengusahaan skala besar : persaingan dengan produk sejenis dari pertanian tradisional yang harganya lebih murah.
Produksi Tanaman Hias
Prospek cukup baik.
Untuk keperluan sendiri, diperdagangkan maupun disebarkan.
Wadah berupa pot khusus hidroponik.
Media pasir, pecahan batu apung, atau kerikil sintetis.
Kendala pengusahaan skala besar : persaingan dengan produk sejenis yang berasal dari pertanian tradisional.
P e r t a m a n a n
• Belum diusahakan dalam skala besar di Indonesia.
• Kultur kerikil.
• Sistem pemberian larutan hara dan air : dengan sirkulasi, dan tanpa sirkulasi.
• Sistem sirkulasi : tangki penampung larutan hara, jaringan pipa penyalur, dan pompa.
• Sistem tanpa sirkulasi : indikator ketinggian larutan
Contoh Gambar Media Hidroponik
source: http://info-agribisnis.blogspot.com